Thursday, 28 June 2012

Ilmuwan Gunakan Cahaya untuk Mengontrol Otak

WASHINGTON - Ilmuwan melakukan penelitian mengenai penggunaan cahaya agar dapat mengontrol otak. Dengan hanya menggunakan jentikan saklar, implan yang memberikan cahaya ke dalam otak manusia bisa menjadi alternatif pengobatan baru untuk penyakit seperti epilepsi dan alzheimer (sejenis sindrom terkait sel otak).

Dilansir Telegraph, Minggu (17/6/2012), ini merupakan area bagi para ilmuwan yang memiliki kekuatan untuk mengontrol pikiran manusia dengan alat khusus yang dapat dijentikkan seperti saklar. Ilmuwan mengembangkan sebuah cara dengan menggunakan tekanan cahaya untuk mengubah sel otak.

Dengan sistem yang dikembangkan tersebut, ilmuwan mengklaim mampu menyediakan cara untuk mengendalikan otak yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Para peneliti telah melakukan uji coba pada kera dengan menggunakan cahaya untuk menjadikan mereka terkantuk dan kemudian tertidur.

Ilmuwan kini berupaya mengembangkan tekniknya lebih lanjut untuk digunakan pada manusia. Teknologi ini menjanjikan untuk memberi pengobatan baru yang bersifat revolusioner untuk penyakit yang sangat sulit untuk dikontrol seperti epilepsi, alzheimer serta penyakit kejiwaan.

Bahkan, bisa membantu orang membuat kenangan baru. Akan tetapi, seperti kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, kemungkinan teknik ini dibagi ke dalam ranah publik, ilmuwan serta komunitas medis, karena dianggap pula sebagai teknologi yang menuai kontroversi.

Pertama, sel-sel otak itu harus diubah secara genetik. Sehingga mereka bereaksi terhadap cahaya. Modifikasi genetik yang diimplementasi terhadap manusia masih menjadi bidang science yang dikembangkan dan belum diketahui efek jangka panjangnya.

Implan juga harus ditempatkan langsung ke otak, membutuhkan operasi agar dapat memberikan cahaya ke sel-sel otak menggunakan serat optik kecil. "Sebagai terapi, ini bisa membantu mengatasi penyakit yang sulit atau tidak mungkin ditangai dengan cara lain," ujar Biological Engineer, Edward Boyden di Massachusetts Institute of Technology.

Edward mengatakan, timnya telah melakukan tes pertama optogenetics pada non-manusia (kera) dan menunjukkan hasil yang aman. "Kami masih membutuhkan beberapa hal untuk melakukan teknik ini pada manusia, ini merupakan potensi yang mengesankan," tandasnya.

Edward dan timnya telah membangun purwarupa implan yang bisa bersinar ke cahaya ke area tertentu dari otak dan sel tunggal. Bahkan, mereka mengupayakan untuk mengembangkan terapi baru untuk penyakit saraf.

0 comments:

Post a Comment